Kamis, 13 Oktober 2011

Perbandingan antara pasar tradisional dengan pasar modern/e commerce

Perbandingan antara pasar tradisional dengan pasar modern/e commerce
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai minimarket, supermarket bahkan hipermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun di balik kesenangan tersebut ternyata telah membuat para peritel kelas menengah dan teri mengeluh. Mereka dengan tegas memprotes ekspansi yang sangat agresif dari peritel kelas besar itu.
Protes yang dilakukan para peritel berkantong tipis tersebut sebenarnya lebih ditujukan kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagai pengambil kebijakan untuk mengatur persaingan yang lebih fair. Memang, setelah peritel kelas kakap saling tidak mau kalah dalam mengembangkan bisnisnya di berbagai tempat, termasuk ke wilayah permukiman melalui minimarket, tidak sedikit pengecer atau toko kelontong yang merasa omset penjualannya menurun.
Keberadaan pasar, khususnya yang tradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus concern terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu :
Karakter/Budaya Konsumen.
 Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itulah adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar modern.
Revitalisasi Pasar Tradisional.
Pemerintah seharusnya serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi pasar tradisional di berbagai tempat. Target yang dipasang sangat sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.
Regulasi.
Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak membuat dunia usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantara ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam berusaha.
Persaingan antar peritel di Indonesia sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Persaingan tidak hanya terjadi antara yang besar melawan yang kecil, melainkan juga antara yang besar dengan yang besar, serta yang kecil dengan yang kecil. Pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang berkembang tanpa ada yang merasa dirugikan. Pemerintah harus mampu melindungi dan memberdayakan peritel kelas teri karena jumlahnya yang mayoritas.
 Di lain pihak, peritel besar pun mempunyai sumbangan besar dalam ekonomi. Selain menyerap tenaga kerja, banyak peritel besar yang justru memberdayakan dan meningkatkan kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah. Belum lagi konsumen yang kian senang menjadi raja yang dimanja. Bagi pemerintah, mencari keseimbangan antara yang besar dan yang kecil ini memang tidak mudah.
Contoh peristiwa nyata :
Sudah menjadi tradisi, setiap menjelang datangnya Ramadhan orang-orang berbelanja, tak terkecuali berbelanja baju atau peralatan lainnya, seperti mukena, baju koko, dan sarung. Beberapa hari ini, pasar-pasar sudah mulai diserbu oleh ibu-ibu rumah tangga. Tidak hanya pasar, mal juga menjadi salah satu tempat yg dipilih utk berbelanja.
Pasar Tanah Abang, Jakarta Barat, menjadi salah satu tempat grosir baju wanita yg banyak dikunjungi. Di pasar ini, pengunjung lebih banyak membeli pakaian dalam jumlah yg banyak. Lain halnya bila berbelanja di mal atau department store, di sana tidak dijual dalam partai besar atau grosiran. Pusat grosir baju wanita atau pasar tradisional memang tempat yg banyak dipilih utk berbelanja oleh masyarakat yg status ekonominya menengah. Masalah kualitas memang menjadi pertimbangan, tetapi hargalah yg paling utama.
Sementara di mal, harga yg dibanderol cukup mahal. Ini ditujukan utk kalangan masyarakat yg status ekonominya di atas rata-rata. Utk orang-orang seperti mereka, harga tersebut tidak menjadi masalah, mereka mengutamakan kualitas dan merek. Seperti Mal Pejaten Village di daerah Jakarta Selatan, di mal ini terdapat beberapa toko yg menjual berbagai jenis busana dgn merek ternama, seperti Heritage, Wire House, dan toko-toko grosir baju wanita lainnya.
Semua itu tergantung pilihan dari konsumennya sendiri, apakah ingin belanja di pasar tradisional dgn harga miring dan kualitas yg lumayan? Atau belanja di mal dgn merek-merek ternama yg berkualitas tinggi dan bergengsi?
Sumber :

Persaingan bisnis dalam era globalisasi modern

Persaingan bisnis dalam era globalisasi modern
 Persaingan sekarang menuntut produk bermutu, pengiriman tepat waktu, layanan cepat, purna jual memuaskan dan harga bersaing. Untuk itu dibutuhkan keunggulan manajemen perusahaan untuk mengelola bisnis dengan ketajaman daya saing yang harus dibangun secara sistematis. Perlu kita sadari bersama bahwa yang dulu kelihatan hebat sekarang sudah menjadi biasa-biasa saja, lalu apa yang terjadi dengan bisnis anda kalau hanya biasa-biasa saja?
 Terjadinya persaingan dalam dunia bisnis tak bisa dihindarkan lagi. Bahkan, persaingan tersebut kian hari kian bertambah ketat. Boleh dikata, tak ada produk/jasa yang dipasarkan tanpa melewati arena persaingan. 
Dunia pemasaran dewasa ini selain harus bersifat customer oriented juga harus bersifat competition oriented. Bagaimanapun juga, peta persaingan mesti diperhitungkan bila tidak ingin tergilas oleh kegiatan pemasaran perusahaan pesaing. Secara langsung atau tidak langsung, persaingan bisnis ikut menentukan tingkat keuntungan yang diraih oleh perusahaan.
Persaingan itu dapat menyangkut berbagai hal dan bentuk. Di antaranya adalah persaingan untuk memperebutkan kemauan konsumen. Ada banyak cara untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

 Untuk itu perlu diajukan pertanyaan “ Apakah yang dibeli oleh konsumen ? dan dengan cara cara apakah keinginan dan kebutuhan konsumen dapat dipuaskan ?”. Bila konsumen menginginkan hiburan dan anda bergerak di pasar pesawat televisi, misalnya, anda dapat mempertimbangkan segala bentuk sarana hiburan. Bentuk bentuk sarana hiburan ini antara lain dapat berupa : pesawat radio, perangkat stereo, perangkat video, alat permainan, sarana olahraga dalam ruang, dan lain sebagainya.
Banyak yang meyakini bahwa persaingan sekarang dan mendatang ternyata faktor keunggulan yang mendominasi adanya di intangible assets bukan di tangible assets. Lalu apa yang terjadi kalau sekarang Anda masih berpikir bahwa tangible assets yang merupakan bentuk investasi utama. Ingat, apakah Nike, Reebok, Cisco punya pabrik sendiri untuk melayani seluruh dunia? Mereka pemimpin pasar karena intangible assets-nya sebagai kunci strategis.
Salah satu faktor keberhasilan China menjadi dapur dunia adalah karena faktor mentalitas dan motivasi kerja yang luar biasa sehingga mereka mempunyai produktivitas kerja yang tinggi.
Mereka bekerja bukan diukur oleh jam kerja melainkan oleh output yang harus mereka hasilkan. Bagaimana dengan pola pikir karyawan kita? Bagaimana dengan peraturan yang ada di negara kita? Apakah mendukung atau menciptakan kondisi yang membangun produktivitas kerja serta menjadi bagian dari budaya organisasi? Kesadaran untuk memacu pola pikir karyawan perusahaan menjadi dasar dalam keberhasilan anda membangun change management perusahaan. Timbul pertanyaan, change management-nya mau diarahkan kemana? Apakah menunjang strategi perusahaan untuk membangun daya saing terhadap global player?
Sadarlah bahwa 'Naga sudah bangun dari tidurnya dan mulai mengibaskan ekornya ke berbagai wilayah'. Bagaimana Anda mengatasinya? Bagaimana kita harus jadi 'tuan di negara kita sendiri' yang punya berbagai kekayaan? 


Sumber :

Ibu



Sadarkah kalian ???
·        saat makan jika makanan kurang
ia akan memberikan makanan itu
kepada anaknya dan berkata ,
“cepatlah makan nak , ibu tidak lapar .”

·        waktu sedang makan , ia selalu
menyisihkan ikan dan daging
untuk anaknya dan berkata ,
“ibu tidak suka daging , makanlah nak . .”

·        tengah malam saat dia sedang
menjaga anaknya yang sakit
ia berkata ,
“ istirahatlah nak , ibu masih belum ngantuk ....”

·        saat anak sudah bekerja dan
mengirimkan uang untuk ibunya
ia berkata ,
“simpanlah untuk keperluan mu nak,
  Ibu masih punya uang .....”

·        saat anak sudah sukses , menjemput
ibunya untuk tinggal di rumah besar
ia lantas berkata ,
“rumah tua kita sangat nyaman,
  Ibu tidak terbiasa tinggal disana..”

Sampai ketika saat menjelang tua
Ibu sakit keras , anaknya akan menangis
Tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil berkata ,
“jangan menangis nak , ibu tidak apa-apa . . .”

Tidak peduli seberapa kaya kita , seberapa dewasa kita, ibu selalu
Mengganggap kita sebagai anak kecilnya , mengkhawatirkan
Diri kita tetapi tidak pernah membiarkan kita mengkawatirkan dirinyaa......
Semoga anak didunia bisa menyayangi dan menghargai ibunya melebihi
Apapun didunia ini , karena beliaulah “malaikat” nyata yang dikirim
TUHAN untuk menjaga kita . . . i love u mom